* setelah mengumpulkan keyakinan
anak muda itu mengetuk pintu rumah agam
degup jantungnya menderas,
kriuuttt! pintu segera dibuka,
wajah seorang wanita separuh usia
mengintai di balik pintu yang terkuak separuh
“untuk apa kamu datang ke mari, pemuda desa”
dia menyergah, membuatkan anak muda itu
kelu, hilang kekuatan berkata-kata
Keperkasaannya segera melemah
keyakinan segera menguncup,
di mata anak muda itu,
renungan wanita itu lebih menakutkan
dari pandangan mata malaikat maut.
Berusaha menyusun kata
Anak muda itu tergagap-gagap
“ saya hanya ingin menghadiahkan
bunga anggerik ini kepada puteri puan,
sebagai tanda persahabatan”.
“Sedarlah, kamu hanya anak desa
yang tinggal di pondok kecil di hujung desa,
dan kamu tak mungkin layak berkawan
dengan penghuni rumah ini.
Pergilah! cintamu tak layak di rumah ini!
Degum! pintu ditutup kembali
anak muda terpaku seketika
sambil tertunduk dia menyusun langkah, longlai
tangannya masih erat menggenggam anggerik ungu
senja yang merah jadi warna darah kekalahan
dan perlahan-lahan gerimis mulai berguguran,
jadi air matanya.
No comments:
Post a Comment