Thursday, 21 February 2013

hyperlink 1


* setelah mengumpulkan keyakinan

anak muda itu mengetuk pintu rumah agam

degup jantungnya menderas,

kriuuttt! pintu segera dibuka,

wajah seorang wanita separuh usia

mengintai di balik pintu yang terkuak separuh

“untuk apa kamu datang ke mari, pemuda desa”

dia menyergah, membuatkan anak muda itu

kelu, hilang kekuatan berkata-kata

 

Keperkasaannya segera melemah

keyakinan segera menguncup,

di mata anak muda itu,

renungan wanita itu lebih menakutkan

dari pandangan mata malaikat maut.

 

Berusaha menyusun kata

Anak muda itu tergagap-gagap

“ saya hanya ingin menghadiahkan

bunga anggerik ini kepada puteri puan,

sebagai tanda persahabatan”.

 

“Sedarlah, kamu hanya anak desa

yang tinggal di pondok kecil di hujung desa,

dan kamu tak mungkin layak berkawan

dengan penghuni rumah ini.

Pergilah! cintamu tak layak di rumah ini!

 

Degum! pintu ditutup kembali

anak muda terpaku seketika

sambil tertunduk dia menyusun langkah, longlai

tangannya masih erat menggenggam anggerik ungu

senja yang merah jadi warna darah kekalahan

dan perlahan-lahan gerimis mulai berguguran,

jadi air matanya.

No comments:

Post a Comment